Laman

Senin, 27 April 2009

Camry di Tanah Air Bebas Recall

Gambar

PT Toyota-Astra Motor (TAM) selaku pemegang merek mobil Toyota di Indonesia menjamin tidak akan melakukan penarikan terhadap mobil sedan Camry di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan Direktur Marketing PT Toyota-Astra Motor Joko Trisanyoto menanggapi berita penarikan Camry di China.

"Sejauh ini tidak ada masalah apapun untuk Camry yang dipasarkan disini," ujar Joko ketika dihubungi detikOto, Senin, (27/4/2009)

Recall yang dilakukan Toyota Motor Corp terhadap varian sedan premiumnya, Toyota Camry di China, disinyalir sebagai penarikan terbanyak yang pernah dilakukan Toyota di China. Penarikan tersebut terjadi karena sistem pengereman yang bermasalah.

Toyota Camry di China, lanjut Joko, dari sisi manufaktur berbeda dengan Camry yang beredar di Indonesia, "Stir-nya saja disana kiri, jadi memang berbeda," ujarnya.

Karenanya, Joko menyatakan, varian Camry yang beredar di tanah air tidak mengalami masalah yang sama dengan yang beredar di China sana.

"Itu hanya berefek untuk di China saja, disini tidak ada masalah," tutup Joko.


(Sumber: Detik.com)

Sabtu, 25 April 2009

Pengereman ABS dan Non-ABS: Waspadai jarak pengereman




Jarak pengereman dalam kondisi jalan kering dan basah tentu berbeda. Kami pun mencari tahu sejauh apa perbedaannya dengan mobil ber-ABS dan tanpa sistem rem pintar ini...

KITA tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di jalan. Kewaspadaan pengemudi tentu menjadi poin utama dalam mengemudi. Sehingga ketika menghadapi kondisi yang tidak terduga, Anda pun sudah siap merespons.

Namun selain waspada ketika mengemudi, mengenali mobil Anda juga penting. Seperti mengetahui sistem rem yang digunakan di mobil dan karakter mobil ketika mengerem.

Umumnya mobil saat ini dilengkapi rem cakram di kedua roda depan dan teromol di belakang. Ada pula yang menggunakan rem cakram di keempat rodanya. Selain itu perlu juga diketahui, apakah mobil yang Anda gunakan sudah mengaplikasi Anti Lock Braking System (ABS) atau tidak.

Perbedaan-perbedaan ini membuat jarak pengereman setiap mobil menjadi berbeda. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga berpengaruh pada pengereman. Yaitu bobot kendaraan termasuk beban yang diangkut, kecepatan kendaraan, bentuk dan profil ban, kondisi jalan, serta teknik pengereman.

Nah, kami tertarik untuk membuktikan perbedaan jarak pengereman aktual pada kondisi kering dan basah dengan kecepatan 50 km/jam dan 80 km/jam. Untuk menunjukkan perbedaan hasil pengereman ini kami juga menggunakan dua mobil yang berbeda.

Unit pertama adalah Toyota Vios G dengan rem ber-ABS dan bobot kosong 1.050 kg. Sementara satu lagi adalah Toyota Yaris J untuk mobil tanpa ABS yang memiliki bobot kosong 1.040 kg. Agar hasil pengukuran ini akurat, kami menggunakan alat ukur Vericom VC3000 dan pengetesan kami lakukan di Bridgestone Proving Ground di Karawang, Jawa Barat.

REM BER-ABS
PERANTI ABS (Anti-lock Braking System) berguna untuk meminimalkan kemungkinan roda mengunci ketika melakukan pengereman keras. Dengan begitu mobil masih bisa diarahkan untuk manuver menghindar.

Sistem rem ABS ini terintegrasi dengan komputer. Ketika pengemudi menginjak penuh pedal rem, sensor kecepatan ABS di setiap roda akan membaca apakah ban mengunci atau tidak.

Karena berfungsi untuk mencegah roda tidak terkunci, komputer akan mengatur tekanan hidraulis yang diterima oleh piston di kaliper rem. Itu sebabnya Anda akan merasakan tendangan balik pada pedal rem saat pengereman mendadak (panic brake) pada mobil ber-ABS.

Dari kecepatan 50 km/jam di jalan kering, jarak pengereman hingga berhenti total yang dibutuhkan Vios adalah 9,6 meter dengan waktu 1,36 detik. Sementara jarak pengereman dari kecepatan 80 km/jam memerlukan 26,7 meter dalam 2,18 detik.

Pada pengerema di jalan basah, Vios membutuhkan jarak 10,5 meter dengan 1,73 detik untuk berhenti total dari kecepatan 50 km/jam. Ini berarti lebih jauh 0,9 meter dari kondisi kering.

Dengan kecepatan lebih tinggi yaitu 80 km/jam, Small Sedan ini membutuhkan jarak 28,48 meter dan waktu 2,44 detik, atau berselisih 1,78 meter dari kondisi kering. Hasil lainnya, sistem ABS membuat mobil tidak terindikasi membuang atau melintir baik di lintasan basah maupun kering.

REM NON-ABS
PENGEREMAN mendadak pada mobil yang tidak menggunakan ABS lebih membutuhkan pengendalian dari pengemudi ketimbang rem ber-ABS. Dengan cara pengereman yang sama, baik pada kondisi kering maupun basah, kami mengerem kuat sambil menjaga agar roda tidak mengunci. Metode pengereman ini disebut threshold.

Hasil tes kami di lintasan kering menunjukkan jarak pengereman terbaik Yaris yang kami dapatkan dari kecepatan 50 km/jam adalah 13,4 meter dengan waktu 1,49 detik. Sedangkan untuk berhenti dari kecepatan 80 km/jam, jarak yang dibutuhkan adalah 28,9 m dalam 2,33 detik.

Sementara pengereman pada kecepatan 50 km/jam di lintasan basah, Yaris masih bisa menjaga posisi badan lurus. Jarak pengereman terbaiknya adalah 14,4 meter dalam 1,96 detik atau lebih jauh 1 meter dari pengereman di jalan kering.

Namun ketika kecepatan kami tingkatkan menjadi 80 km/jam, jarak pengereman terbaik Yaris mencapai 31,3 meter dalam 2,64 detik atau lebih jauh 2,4 meter.

Sebagai data pembanding, kami juga melakukan pengereman dari kecepatan 80 km/jam hingga ban mengunci. Ternyata selain gerakan bodi Yaris membuang ke arah kanan, jarak pengeremannya juga lebih jauh 8,8 meter dengan 40,1 meter.

KESIMPULAN
PENGETESAN yang kami lakukan ini dapat memberi gambaran kondisi berkendara sehari-hari dan bukan untuk membandingkan data yang didapat Vios dan Yaris.

Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan. Seperti pentingnya mengatur jarak aman dengan kendaraan di depan, dengan melihat dibutuhkannya jarak pengereman untuk membuat mobil berhenti dari kecepatan tertentu.

Selain itu juga tak kalah penting adalah mengetahui sistem rem yang digunakan agar kita bisa menyesuaikan teknik pengereman sesuai kebutuhan. Masih ada faktor lain yakni reaksi pengemudi terhadap situasi darurat yang berkisar antara 0,5-1 detik.

Begitu pula dengan pengaturan kecepatan ketika hujan yang lebih rendah ketimbang kondisi kering. Soalnya jarak pengereman yang dicapai di lintasan basah terbukti lebih jauh dari lintasan kering.

Jadi, pengaturan jarak aman dengan kendaraan di depan di jalan bebas hambatan sekitar 3 detik sudah cukup memadai untuk melakukan pengereman. Sementara ketika hujan, sebaiknya jarak ini diperlebar menjadi 5 detik.

(Sumber: Autobild)

Hari Bumi: Tips Toyota Untuk Lebih Hemat



Setiap tahun lebih dari 400,000 ribu mobil di jual di Indonesia, plus 5 juta sepeda motor. Itu semua membutuhkan bahan bakar yang pada giliriannya mengemisikan gas CO2, salah satu gas pemicu efek rumah kaca.

Memperingati Hari Bumi 22 April, Toyota yang memproduksi mobil-mobil hemat bahan bakar dan ramah lingkungan, memberi tips bagi pengendara kendaraan apapun jenisnya agar lebih efisien dan ramah lingkungan.

  1. Hindari akselerasi cepat. Semakin cepat akselerasi, lebih banyak bahan bakar yang dipakai. Akselerasi sedang-sedangnya saja dan secukupnya, menghemat bahan bakar dan ujungnya menghemat uang.
  2. Hilangkan kebiasaan menginjak pedal rem jika tidak perlu. Bila ingin menurunkan kecepatan, cukup lepaskan pedal gas dan biarkan mobil meluncur.
  3. Berkendara dalam kecepatan stabil dan dibawah batas maksimal kecepatan yang di ijinkan di area itu. Konsumsi bahan bakar akan meningkat dratis saat mobil bergerak diatas 100km/jam.
  4. Mobil selalu dirawat dan periksa tekanan angin ban secara berkala. Mobil akan beroperasi dengan efisiensi maksimum jika kondisinya bagus.
  5. Kurangi bawaan yang tidak perlu.
  6. Rencanakan rute dan waktu perjalanan. Hindari kawasan padat. Jika memungkinkan untuk jarak-jarak pendek yang bisa ditempuh dengan jalan kaki, parkir saja mobil anda.